Tentu sangat menyenangkan bila
mempunyai teman yang juga menaruh minat yang sama dengan kita. Saya sangat suka
dengan peninggalan jaman kuno, baik itu prasasti, candi maupun situs – situs bersejarah
lainnya. Terutama peninggalan kerajaan Majapahit. Kami berencana mengunjungi
candi Dadi, salah satu candi yang terletak di bukit Walikukun Tulungagung.
Ada dua rute untuk menuju candi
Dadi di Tulungagung yang kami harus menempuhnya melewati bukit Walikukun ini, jalur barat dan
jalur timur. Dan kami memutuskan untuk melewati jalur timur. Setelah parkir
kendaraan kami segera masuk lokasi bukit Walikukun. Ada gapura yang terbuat
dari batu.
Melewati anak tangga kami mulai
naik menelusuri dengan penuh semangat di pagi hari yang sangat cerah. Setelah anak
tangga yang kami lewati habis, kami pun mulai berjalan melewati jalan setapak
di area yang rimbun dengan pohon mirip hutan. Sangat menyenangkan bagai
berjalan di masa lalu. Hehehe.
![]() |
Jalan menuju candi Dadi Tulungagung |
Sampai akhirnya kami sampai di
tempat yang lapang, dengan pemandangan yang sangat indah. Sampai betah berlama –
lama di tempat ini. Bahkan nyaris satu jam di sini. Hahaha.
![]() |
Pemandangan di bukit Walikukun |
Setelah sadar bahwa harus melepas
pemandangan yang indah itu, kami melanjutkan perjalanan. Kami menaiki bukit,
namun makin lama yanga ada malah semak – semak belukar yang tinggi. Dan kami
kesasar! Sempat bingung dan balik arah
akhirnya kami menemukan jalan yang benar untuk sampai ke candi Dadi.
Semakin lama jalan yang kami
tempuh semakin menanjak dan curam. Terlebih ada beberapa genangan air yang
membuat jalan tanah sedikit licin. Beberapa kali kami harus istirahat sejenak,
karena teman saya juga agak pucat wajahnya. Hehehe.
Dan seolah berpagar semak – semak
serta pepohonan, candi Dadi mulai terlihat.
Sampai juga di candi Dadi,
yuhuuuu. Girang deh.
![]() |
Candi Dadi Tulungagung |
![]() |
Salah satu sudut candi Dadi |
Menurut keterangan yang ada,
candi Dadi diperkirakan dibangun pada akhir masa Majapahit. Berupa tumpukan
batu besar yang megah berada di puncak bukit. Tidak ada relief, namun ada
sumuran yang besar di atas candi. Sayang sekali saya tidak bisa memanjat candi
untuk melihat sumuran itu.
Cukup unik candi ini dibangun di
atas runtuhan batu. Namun sangat kokoh dan rapi penyusunannya. Bisa jadi,
bebatuan yang ada di sekitar candi Dadi ini merupakan sisa – sisa batu untuk
membuat candi Dadi.
Tanah tempat berdirinya candi
Dadi juga diberi pagar dengan batu – batu besar. Sangat mungkin supaya tidak
ambrol sehingga candi tidak ambruk juga. Luar biasa ya sang insiyur teknik
sipil waktu itu. Namun pada sisi lainnya tidak saya temukan, mungkin sudah
tertimbun tanah tetapi masih ada.
Bagi orang awam mungkin candi
Dadi hanya berupa tumpukan batu besar saja. Tetapi bagi saya pribadi candi Dadi
merupakan karya seni yang agung, sangat menarik. Lekukan pahatan batu yang rapi
dan indah.
Awan mendung terlihat, kami
memutuskan untuk turun bukit. Karena bila sudah turun hujan tetapi masih dalam
perjalanan turun dari candi maka akan merepotkan. Hanya ada satu payung kecil
yang kami bawa. Hehehe. Romantis, so sweet.
Tetapi lagi – lagi kami kesasar,
jalan berbeda kami tempuh. Lebih curam, tetapi ujungnya ternyata adalah jalur
ke candi lewat jalur barat. Sedangkan tadi kami berangkat lewat jalur sebelah
timur. Hujan pun turun.
Episode get lost selesai.
BalasHapusBlog yang keren sekali. Butuh motor hubungi kami. Bisa wa kami 081 559 795 985